Dua minggu sudah ketika dia memutuskan untuk meninggalkanku, masuk sebuah message ke FB ku “ maafkan atas semua perlakuanku padamu, pasti kamu akan bisa lebih baik dari sekarang, untuk aku, sekarang aku sedang mempersiapkan diri & mental untuk menghadapi karma yang nantinya akan datang karena perbuatanku sendiri, terimakasih banyak.” Kuklik reply di inbox ku “ aku selalu mendoakan yang terbaik buatmu, bukan hak aku untuk menghukummu, cara terbaik membuatku bahagia sekarang adalah dengan membuat orang lain bahagia, & bila kamu merasa bahagia sekarang ini, akupun ikut bahagia” dan saya akhiri dengan mengklik sent dengan berusaha keras menahan air yang mencoba jatuh dari mata saya, walaupun sebenarnya luka di hati masih membuka, antara setengah hati mengucapkan kata2 itu, ingin rasanya menuliskan kata2 tidak terima, tapi percuma toh sekarang dia bukan milik saya lagi, saya mencoba ikhlaskan walau benar2 tidak mudah, tapi alhamdulillah setelah itu hampir sebulan ini saya tidak merasakan sakit lagi bila mengingatnya, kami pun akhirnya kembali berkomunikasi dengan baik, walaupun hanya melalui email, sekedar untuk bertukarpikiran saja, yang ada saya semakin semangat memperbaiki diri, salah satunya berusaha menjadi dewasa..
“kamu dewasa kok ka, padahal aku tau kamu pasti sakit mengatakan hal itu, sabar ya” temanku coba menenangkanku. “Saya belum dewasa, dewasa itu ga cengeng kaya saya, ga cengengesan, harus bisa jaga sikap, baru juga kirim message kaya gini di bilang dewasa, kalo saya dewasa mungkin dia ga akan meninggalkan saya” jawab saya, “jangan salah ka, dengan pengalaman seperti ini, kamu malah mulai menapaki kedewasaanmu, dewasa itu ka, bukan berarti harus bersikap jaim, menjaga untuk berbicara & tertawa halus, harus selalu melakukan hal2 yang terlihat baik, harus selalu tegar dalam keadaan apapun, ga haruslah seperti itu, karena rasa khawatir, marah, sedih, dan sebagainya itu merupakan hak setiap manusia, hanya kita harus bisa menempatkan kapan kita bisa bersikap seperti itu & tanpa mengganggu pihak yang lain, setiap orang punya karakter masing2, ada kalanya yang terlihat sikapnya seperti anak2, tetapi sebenarnya cara dia berfikir, mengatur hidupnya dia bisa bersikap dewasa, atau sebaliknya” jawaban dari teman saya ketika saya bertanya
Jadi tolak ukur seseorang di anggap dewasa itu dilihat dari mana?? Sampai sekarang terkadang saya masih saja merasa kekanak-kanakan, padahal kata temen dekat saya diantara mereka saya terlihat lebih dewasa, tapi belum tentu semua berpendapat begitu, teman lelaki saya malah berkata “ kamu kok ga bisa bersikap dewasa si ka??” jadi sikap seperti apa yang menunjukan seseorang di anggap dewasa..
“Kenapa kamu begitu ingin menjadi dewasa??” Tanya teman saya, “bukan menjadi dewasa kalau berdasarkan umur saya sudah masuk ukuran dewasa bukan remaja lagi, tapi bersikap dan berfikir secara dewasa” ralat saya, karena menurut saya dengan kedewasaan kita akan membawa hidup kita ke jalan yang lebih baik, karena itu saya sangat ingin belajar bersikap dan berfikir secara dewasa, tapi bukan untuk menjadi dewasa yang kekanak-kanakan dalam artian lain sok dewasa, yang akhirnya kebanyakan malah jadi menggurui…
Sampai sekarang saya masih belajar mengenali diri saya sendiri, itu langkah awal untuk menuju kedewasaan menurut saya, belajar memilah mana yang baik dan buruk, dan belajar bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang telah saya ambil, dan seperti teman saya bilang, pengalaman menjalani hidup juga bisa membuat kita bersikap dan berfikir semakin dewasa, semakin banyak pengalaman yang kita rasakan semakin terasah pola pikir hidup kita, sekarang saya mulai belajar menapaki kedewasaan yang sesungguhnya semoga dengan kedewasaan ini, saya bisa belajar memperbaiki diri saya pribadi supaya bisa membahagiakan diri sendiri dan orang lain, doakan saya…